LAPORAN STUDI KASUS
BIDANG KEAGAMAAN
Disusun oleh
ESTI DWI FATMAWATI
NPM. 201001579004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN
PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS BINDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2012
STUDI KASUS PESERTA DIDIK SMA
BIDANG AGAMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I :
PENDAHULUAN
BAB II :
LAPORAN STUDI KASUS BIDANG AGAMA
A. Latar Belakang
B. Penanganan Kasus
1. Perencanaan
2. Data Identitas
3. Pengumpulan Data
4. Verifikasi Data
5. Klasifikasi Data
6. Pengolahan Data
7. Diagnosa
8. Prognosa
9. Terapi
10. Evaluasi
11. Tindak Lanjut
BAB III :
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah,
atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini dalam waktu
yang telah ditentukan. Sholawat serta salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikuti jejaknya. Mengingat keterbatasan
kemampuan yang ada, penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan ini jauh dari yang diharapkan, serta masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu penulis
membuka lebar kritik kepada semua pihak demi perbaikan studi kasus ini.
Selain itu penulis juga berharap bisa mendapatkan
bahan masukan, baik berupa tanggapan dan saran demi sempurnanya laporan ini, khususnya kesempurnaan
penulisan studi kasus yang akan datang. Dan tidak lupa penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada :1.Bapak
Drs.Sutupo selaku Kepala SMA W,yang telah memberikan izin dan fasilitas
dalam pelaksanaan penyusunan studi kasus ini.2.Ibu
Dra. Sumaryati, Med. selaku dosen pembimbing.Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya laporan ini.Semoga laporan studi kasus ini mampu membantu pihak
yang berkasus dalam mengatasi masalahnya. Dan menjadi acuan dalam menyelesaikan
kasus .
Jakarta, 15 Agustus 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses belajar mengajar, guru
memiliki peranan dan kedudukan utama dalam keseluruhan proses pendidikan.
Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru mengemban berbagai tugas dalam
pengembangan potensi siswa secara optimal. Pada dasarnya setiap siswa akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikis maupun
motorik. Dalam teori perkembangan anak, pada tahapan tertentu siswa akan
mengalami proses daya pikir dan kemampuan prestasi yang berbeda dengan siswa
lainnya.
|
Oleh karena itu peran guru tidak hanya
terbatas pada pengelolaan berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada
siswa, tetapi guru juga berperan sebagai konselor yang harus mampu memahami
dan menyadari bahwa nantinya akan menemui kondisi yang beragam pada siswa. Setiap
siswa memiliki latar belakang yang berbeda, intelegensi, bakat, minat, emosi,
hubungan antar pribadi, keadaan penghidupan, penyesuaian diri, pemahaman dan
pengamalan agama yang dianutnya.
|
Dari berbagai latar belakang siswa,
dapat memunculkan permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks dan
berpengaruh pada hubungan siswa. Sebagai konselor dituntut mampu mengatasi
dan menyelesaikan, membimbing, memotivasi dan memberi pengarahan pada siswa
yang mengalami permasalahan. Salah satu teknik yang digunakan oleh guru
adalah studi kasus. Melalui studi kasus inilah, guru belajar menangani
masalah yang dihadapi siswanya secara mendalam dan tuntas
|
B. PENANGANAN KASUS
1. PERENCANAAN
1.1. Waktu
1.2. Tempat : SMA Swasta Jakarta Timur
1.3. Metode Pengumpulan data :
1.3.1.
Daftar Cek Masalah
1.3.2.
Studi Dokumenter :
·
Buku Rapor
·
Buku Data
Pribadi
·
Psikogram
1.3.3.
Angket :
·
Klien
·
Guru
·
Orang Tua
1.3.4.
Wawancara
·
Klien
2.
DATA IDENTITAS
2.1. KLIEN
a.
|
Nama Siswa
|
:
|
|
b.
|
Tempat/tgl. Lahir
|
:
|
|
c.
|
JenisKelamin
|
:
|
|
d.
|
Agama
|
:
|
|
e.
|
Jumlah saudara
|
:
|
|
f.
|
Anak ke
|
:
|
|
g.
|
Alamat
|
:
|
|
2.2. AYAH
a.
|
Nama
|
:
|
John
|
b.
|
Tempat/tgl. Lahir
|
:
|
Kalimantan, 14 April 1966
|
c.
|
Agama
|
:
|
Kristen
|
d.
|
Pendidikan
|
:
|
SMA
|
e.
|
Pekerjaan
|
:
|
Wiraswasta
|
f.
|
Kewarganegaraan
|
:
|
WNI
|
g.
|
Alamat
|
:
|
Kalimantan
|
2.3. IBU
a.
|
Nama
|
:
|
|
b.
|
Tempat/tgl. Lahir
|
:
|
|
c.
|
Agama
|
:
|
|
d.
|
Pendidikan
|
:
|
|
e.
|
Pekerjaan
|
:
|
|
f.
|
Kewarganegaraan
|
:
|
|
g.
|
Alamat
|
:
|
|
2.4. SUSUNAN KELUARGA
NO.
|
NAMA
|
L/P
|
LAHIR
|
STATUS
|
PEKERJAAN
|
1
|
John
|
L
|
Kalimantan, 14 April 1966
|
Ayah kandung
|
|
2
|
Ros
|
P
|
Banten, 9 Juli 1968
|
Ibu kandung
|
Angg. dewan
|
3
|
Rust
|
P
|
1992
|
Anak kandung
|
Mahasiswa
|
4
|
Ant
|
L
|
12 Mei 1995
|
Anak kandung
|
Pelajar
|
3. PENGUMPULAN
DATA
3.1. KEADAAN DIRI KLIEN
Klien adalah seorang remaja putra
berusia 17 tahun yang berasal dari keluarga yang kaya , tapi untuk keperluan
biaya sekolah sering terlambat, sehingga untuk ikut UAS kadang tertunda
menunggu orang tuanya datang untuk membayar uang SPP atau uang buku pelajaran.
Setelah kedua orang tuanya bercerai klien memilih tinggal dengan ibu kandungnya dan ayah
tirinya. Ibunya tinggal di rumah sendiri yang berada di Kel. Rambutan Jakarta
Timur dan ibunya bekerja sebagai anggota dewan untuk perwakilan provinsi BAnten
begitu menurut pengakuannya,dan ayah tirinya bekerja sebagai wiraswasta sedangkan
ayah kandungnya berada di Kalimantan dan berbeda agama.
Kedua orang tuanya bercerai semenjak Ant
masih duduk dibangku SMP, ayah telah menikah lagi dan memiliki rumah pribadi, demikian
pula ibunya tinggal dengan suami barunya dirumah pribadi.
Klien
adalah anak ke dua dari 3 bersaudara yang seluruh anaknya ikut dengan ibunya. Ibu
kandungnya termasuk baik karena perhatian dan sering datang ke sekolah untuk
mengurus keperluan sekolah dan membiayai sedang ayah kandungnya sudah lepas
tidak mau membiayainya.
Klien adalah seorang remaja yang mempunyai
sifat pemarah, agresif, sering menentang Ibu dan juga guru-gurunya dan klien
sering dikeluarkan dari kelas oleh beberapa gurunya karena sering berbuat gaduh
serta sering mengganggu konsentrasi teman-temannya.
Dengan prestasi belajar yang kurang
memuaskan karena klien sering tidak masuk sekolah dengan memberikan alasan yang
kurang jelas, Klien berusaha menutupi bolos dengan mengancam akan kabur dari
rumah, klien pernah selama 4 hari kabur dari rumah karena merasa kurang betah
dan permintaannya tidak dikabulkan, padahal klien sering dibelikan barang mewah
menurut ibunya, bahkan klien pernah membanting HP karena kurang cocok dengan
harapannya. Klien cenderung tertutup dan tidak mau terbuka tentang masalahnya
yang sesungguhnya, tidak mau menceritakan perilakunya yang sering pulang larut
malam bahkan pulang ke rumah sampai jam 2 pagi. Klien sering bolos ia bermain
di rumah teman dan malas untuk pergi sekolah menurut pengakuan teman-temannya
ia biasa nongkrong di discotik.
3.2.
KEADAAN ORANG TUA
Setelah kedua orang tuanya bercerai
klien memilih tinggal dengan ibu
kandungnya dan ayah tirinya. Ibunya tinggal di rumah sendiri yang berada di
Jakarta Timur dan ibunya bekerja sebagai anggota dewan begitu menurut
pengakuannya,dan ayah tirinya bekerja sebagai wiraswasta sedangkan ayah
kandungnya berada di Kalimantan dan berbeda agama.
Kedua orang tuanya bercerai semenjak Ant
masih duduk dibangku SMP, ayah telah menikah lagi dan memiliki rumah pribadi,
demikian pula ibunya tinggal dengan suami barunya dirumah pribadi yang termasuk
kaya dengan penghasilan yang cukup tinggi.
3.3. KEADAAN LINGKUNGAN
a.
Kondisi Fisik Sekolah
1. Secara
umum, kondisi gedung SMA W cukup mendukung dan luas serta memiliki
lapangan olah raga yang cukup untuk ukuran diperkotaan.
2. Ruang
kelas luas bila dilihat dengan jumlah siswa yaitu ± 35 siswa.
3. Penggunaan
laboratorium yang ada sudah dapat digunakan tapi bahan dan alat
praktek yang masih kurang, khususnya untuk bidang seni.
4. Ruang
perpustakaan kurang
luas dengan fasilitas yang kurang memadai.
5. Ruang
guru sudah dimanfaatkan dengan baik masih terlihat kurang
rapi, tapi untuk luasnya cukup baik sesuai dengan jumlah guru yang ada
6. Koperasi
sudah memadai dalam meyediakan keperluan siswa
7. KAntin
sekolah
cukup layak dari segi kesehatan
8. Kamar
mandi dan WC guru dan siswa belum memenuhi standart kebersihan dan kesehatan.
9. Musholla sudah dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
fungsinya, tapi kurang luas.
10.
Kegiatan belajar mengajar di SMA W yang merupakan sekolah swasta termasuk sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari metode yang
digunakan oleh guru, disiplin guru, dan keaktifan guru,
tapi dipihak klien masih banyak yang mengalami masalah, yang umumnya masalah
hubungan dan keadaan keluarga dan ketidakhadiran disekolah masih cukup tinggi.
b. Kondisi
Non Fisik Sekolah
1. Kondisi
sosial sekolah terjaga dengan baik dan sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
2. Hubungan
sekolah dengan masyarakat terjalin dengan baik dan saling mengisi.
3. Tata
tertib sekolah secara umum sudah dipatuhi dengan baik oleh sebagian
besar siswa, guru, petugas sekolah
maupun kepala sekolah.
4. Pembinaan
mental dan
agama siswa, pembinaan minat dan bakat dalam bidang
penalaran, olahraga, kesenian, dan kreatifitas siswa lainnya sangat baik,
terbukti dengan prestasi-prestasi yang telah diraih oleh siswa-siawi SMA
W
5.
Kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung dengan baik.
6. Sumber
daya guru dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif sangat baik karena sebagian besar adalah lulusan sarjana dengan didukung oleh
serangkaian sarana untuk mengembangkan profesi keguruan.
3.4. KEADAAN FISIK KLIEN
Pakaian seragam yang dikenakannya
termasuk rapih. Begitu pula kesehatan badan klien masih cukup sehat. Klien
memiliki postur tubuh yang termasuk sedang untuk ukuran pria Asia dan
berpenampilan sederhana.Tidak nampak ada kelainan fisik. Klien meiliki tinggi badan
: 160 cm ,berat badan : 50 kg, warna kulit : sawo matang agar hitam, jenis rambut : keriting, keadaan jasmani : sehat, penglihatan : normal, pendengar : normal, pembicaraan : normal, sedang penyakit berat yang
diderita : tidak ada.
3.5. KEADAAN KLIEN DISEKOLAH
Untuk memperoleh data yang ada pada siswa
atau klien, penulis menggunakan beberapa metode khusus untuk menjamin
kevaliditasnya. Beberapa metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Teknik ini menggunakan pengamatan secara langsung dengan klien pada
saat kegiatan belajar mengajar dikelas.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pengamatan langsung dengan cara berinteraksi atau
komunikasi dengan siswa itu sendiri. Komunikasi ini dilaksanakan dengan beberapa
sumber diantarannya melalui siswa itu sendiri, teman dekat
siswa, guru pengajar, dan guru konselor (BK).
3. Angket
Teknik ini
merupakan teknik dengan cara mengisi beberapa pertanyaan yang disediakan dalam
hal berupa data siswa, orangtua siswa dan beberbagai permasalahan yang ada pada
siswa.
4. Studi Dokumenter
Data ini
berasal dari beberapa data-data hasil prestasi siswa selama belajar disekolah,
misalnya nilai ulangan harian, tugas dan lain-lain.
Ketika di kelas klien termasuk siswa yang
senang berbicara dan bercanda saat jam belajar sehingga sering menggangu
suasana KBM, klien mempunyai sifat egois dan sering menyinggung perasaan teman-temannya
maupun gurunya. Masalah yang paling menonjol pada diri klien
adalah masalah agama dan moral.
Ant sering bolos sekolah semenjak kelas
X dengan prosentasi ketidak hadiran kurang lebih 50 %, Ant termasuk sering menentang
perintah nasehat gurunya ketika ia mendapat nasehat guru atau wali kelasnya.
Menurut pengakuannya dan laporan dari ibunya
Ant jarang sekali menjalankan shalat dan puasa, karena pemahaman dan keyakinan
yang masih lemah, klien adalah seorang muallaf, setelah ikut dengan ibunya atas
pilihannya sendiri.
Ant sering berkata kasar dan jorok
kepada Ibunya, sehingga ibunya sering
menangis ketika mengadukan perilaku putranya kepada konselor dan begitu pula
perilaku yang sama pula dilakukan kepada teman-temannya sehingga ada beberapa
siswa dan siswi yang mengadukan perlakuan Ant.
4.
VERIFIKASI DATA
Berdasarkan
penelitian melalui beberapa sumber data seperti : DCM, studi dokumenter,
angket,observasi dan wawancara, diketahui bahwa dari data yang tertera bahwa
klien yang paling menonjol permasalahannya adalah dibidang Agama dan moral mencapai
60 % yang berdampak buruk kepada bidang lainnya yang meliputi masalah bidang
pribadi, sosial, belajar dan keluarga. Dengan demikian, kami berkesimpulan
bahwa masalah klien yang layak dijadikan
studi kasus bidang agama dan moral .
5.
KLASIFIKASI DATA
5.1. Keadaan Diri Klien
a. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup :
1)
|
Motivasi untuk mempelajari agama masih kurang.
|
2)
|
Kurang memahami agama Islam sebagai pedoman hidup.
|
3)
|
Kurang rajin beribadah ke Mesjid.
|
4)
|
Kurang banyak mengamalkan perintah maupun larangan
dalam agama Islam.
|
5)
|
Malas mengerjakan shalat 5 waktu apalagi shalat
sunah.
|
6)
|
Klien kurang memahami ajaran Islam mungkin karena
masih muallaf , mengenai adab tata krama tidak dihiraukan, sehingga sering
menimbulkan konflik dengan teman maupun gurunya.
|
b. Perolehan system nilai, meliputi :
1).
|
Klien termasuk siswa yang acuh kurang sopan terhadap
guru dan temannya.
|
2).
|
Kurang berdisiplin dan sering datang terlambat walaupun
sudah mendapat hukuman dan pembinaan.
|
3).
|
kehadiran di sekolah sangat kurang hanya berkisar
50%, semenjak dari kelas X.
|
4).
|
Klien kurang menerima kenyataan hidupnya mengenai
kondisi rumah dan keadaan keluarganya yang telah bercerai.
|
5).
|
Klien jarang di rumah ia tidak
betah di rumah sebagai pelampiasannya sering bermain dengan teman akrabnya walaupun
masih dalam jam belajar.
|
c. Kemandirian emosional, meliputi :
1)
|
Klien adalah seorang remaja yang agresif,
pemberontak , sulit diajak kerja sama.
|
2)
|
Klien selalu membuat kegaduhan di
kelas ketika pelajaran berlangsung dan kurang menghargai dan kurang
menghormati gurunya.
|
3)
|
Klien termasuk anak emosional dan
tidak sabar, serta tidak sungguh-sunguh dalam belajar.
|
4)
|
Klien kurang menerima takdirnya
kini bahwa kedua orang tuanya telah bercerai dan masing-masing sudah menikah
lagi.
|
5.2. Keadaan
Keluarga Klien
a. Tingkat ekonomi keluarganya tergolong mampu (kaya).
b. Keluarganya sudah memiliki rumah sendiri.
c. Ibu kandung termasuk perhatian selalu datang ketika
ada panggilan dan sering mengantar Ant ke sekolah.
d. Ibunya merasa kewalahan dan sering dimaki didepan
guru BK maupun guru lainnya ketika Ant mendapat konseling atau nasehat dari
wali kelasnya dan juga ibunya merasa tidak dihargai oleh Ant. Ibunya berusaha untuk
menyerahkan pendidikan akhlaknya kepada pihak sekolah karena ia merasa kurang
mampu mendidik secara baik, karena sifat Ant yang sudah terbentuk sejak SD.
5.3. Keadaan Klien di Sekolah
a.
Hubungan dengan teman-temannya kurang akrab.
b.
Komunikasi dengan guru kurang baik.
c.
Kehadiran klien disekolah kurang hanya kira-kira 50 %.
d.
Klien mendapat nilai yang kurang baik dan termasuk
siswa yang lambat dalam belajar,serta tidak aktif dalam kegiatan osis.
e.
Kurang rajin mengerjakan tugas sekolah
f.
Terlihat tidak semangat dalam mengikuti proses KBM.
g.
Sering berbuat gaduh dan onar saat jam belajar
berlangsung.
h.
Kurang berdisiplin sering datang terlambat walaupun
sudah mendapat hukuman dan pembinaan.
i.
kehadiran di sekolah sangat kurang hanya berkisar 50%,
semenjak dari kelas X.
5.4. Keadaan Klien di Masyarakat
Klien tidak aktif di organisasi Karang
Taruna dan kurang bersosialisasi dengan tetangganya. Klien sering berkumpul
dengan kelompok yang kurang baik, seperti di discotik.
6.
PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data adalah kegiatan mengorganisasikan data penelitian
sedemikian rupa sehingga data penelitian tersebut dapat dibaca (readable) dan
dapat diinterprestasikan (interpretabie).
Data penelitian berdasarkan cara
pengolahannya dibedakan menjadi.
1. Data penelitian yang dapat diolah secara statistik (tabel dan grafik)
2. Data penelitian yang diolah tanpa statistik (deskriptif).
1. Data penelitian yang dapat diolah secara statistik (tabel dan grafik)
2. Data penelitian yang diolah tanpa statistik (deskriptif).
Data penelitian yang pertama pada
umumnya berupa data-data numerikal sehingga dapat diolah secara statistik.
Sementara itu yang kedua berupa data-data kualitatif yang hanya bisa
dinarasikan atau diceritakan.
Berdasarkan tabel 1 analisa individual daftar cek masalah bahwa klien
Rik mempunyai prosentasi yang tinggi atau sangat bermasalah untuk bidang agama,
prosentase masalahnya mencapai angka 60 % dan masalah kehidupan keluarga yang mencapai
angka 45 %.
Jadi pada masalah bidang agama dan moral dengan
prosentase masalahnya yang mencapai angka 60 % perlu penangan yang mendesak.
Dengan tampilan data terebut maka pokok masalah yang pokus untuk diambil
tindakan (action) dan dilakukan bimbingan konseling bidang kehidupan keluarga yang
mencapai angka 45 % dimana keduanya saling berhubungan. ( prosentase masalah
dan tabel masalah terlampir)
7.
DIAGNOSA
Jadi yang menyebabkan permasalahan utama
pada klien berasal dari diri klien sendiri,yang kurang terbuka, pemalu yaitu
dibidang masalah agama dan moral , sedang yang lainnya faktor yang mempengaruhinya
seperti, keadaan kehidupan keluarga, keadaan sekolah, media masa, teman
bergaulnya ,lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadiannya yang meliputi pola pikir,karakter, sifat, sikap dan
tingkah lakunya.
8.
PROGNOSA
Prognosis adalah langkah yang ditempuh
untuk menetapkan jenis atau tehnik bantuan yang diberikan kepada anak didik
serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh anak sehubungan dengan
masalah agama dan moral yang sedang dialami.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk
menangani klien adalah:
1.
|
Pemanggilan klien oleh konselor
untuk diadakan konseling individu.
|
2.
|
Pemanggilan orang tua klien agar
dapat membantu mendorong klien dan menciptakan kondisi yang kondusif di rumah
dan memberi gambaran dan dorongan untuk menerima takdir keadaan suatu
keluarga yang sudah bercerai dengan mengambil hikmah baik itu kekurangan dan
kelebihan dapat disikapi dengan tenang dan pribadi yang lebih dewasa.
|
3.
|
Model terapi yang dipergunakan
adalah Rational Emotif Theory
|
4.
|
Belajar pola pikir yang selama ini
bersifat irasiona merubah kearah sifat yang rasiona.
|
5.
|
Mengadakan pertemuan dengan wali
kelas untuk mendukung perubahan tingkah laku dan mencapai prestasi belajar
dan masalah yang lebih baik.
|
6.
|
Dukungan mengenai masalah
kelauraga dari orang tua dan semua guru dilibatkan termasuk teman-temannya.
|
7.
|
Menganjurkan untuk mengikuti kegiatan
ekskul sesuai dengan yang diminatinya untuk mengisi waktu luangnya.
|
8.
|
Tidak semua yang kita inginkan
terkabul, agar klien dapat menyesuai diri lingkungan keluarga, sekolah, agama
yang baru dan menerima dengan ikhlas kondisi tersebut.
|
9. TERAPI (TREATMENT)
Tahap ini merupakan tahap pengembangan
strategi pemecahan masalah dalam konseling. Guru membantu anak menemukan sumber-sumber
potensi pada diri anak. Sumber-sumber lembaga dan masyarakat guna membantu
anak masalah bidang agama dan moral . Melalui tahap ini guru
memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif yang mungkin dapat
dilakukannya.
|
9.1. Untuk Klien
|
Langkah-langkah konseling Terapi
Rational Emotif sebagai berikut:
|
|
|
1.
|
Mengajak klien untuk berpikir
tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak
gangguan tingkah laku.
|
|
2.
|
Menantang klien untuk menguji
gagasannya.
|
|
3.
|
Menunjukan kepada klien ketidak
logisan pemikirannya.
|
|
4.
|
Menggunakan suatu analogis logika
untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasionalnya.
|
|
5.
|
Menunjukan bahwa keyakinan-keyakinannya
itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan
gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa kini dan masa depan.
|
|
6.
|
Menggunakan absurditas dan humor
untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien.
|
|
7.
|
Menerangkan bagaimana
gagasan-gagasan irasionalnya bisa digantikan dengan gagasan-gagasan yang
raional yang memiliki landasan empiris.
|
|
8.
|
Mengajari klien begaimana
menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien dapat
mengamati dan meminimalkan
gagasan-gagasan yang irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak
logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah mengekalkannya
cara-cara merasa dan perilaku yang merusak diri.
|
Maslow menggambarkan kebutuhan manusia
sebagai kebutuhan yang tersusun secara bertingkat, mulai dari kebutuhan yang
paling dasar (mendesak) sampai kebutuhan selanjutnya. Adapun ke lima kebutuhan
tersebut adalah:
a.
|
Kebutuhan Dasar Fisiologis (physiologis
needs),
yaitu sekumpulan kebutuhan yang paling
mendesak pemuasannya karena berkaitan
langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Contoh:
kebutuhan makanan, air, istirahat.
|
|
b.
|
Kebutuhan akan rasa aman (need for
self security)
Kebutuhan ini yang mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya.
|
|
c.
|
Kebutuhan akan Cinta dan memiliki
(need for love and belongingness),
Yaitu kebutuhan yang mendorong manusia
untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosinal berupa perasaan
mencintai dan dicintai dengan individu lain dalam lingkungannya. Keadaan
perasaan mencintai dan dicintai sebagai prasyarat bagi adanya perasaan yang
sehat.
|
|
d.
|
Kebutuhan akan rasa Harga diri (need
for self esteem).
Merupakan kebutuhan individu untuk
merasa berharga dalam kehidupannya.
Kebutuhan ini meliputi 2 bagian:
|
|
|
1).
|
Kebutuhan akan penghormatan atau
penghargaan diri sendiri yang mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi,
rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian dan kebebasan.
|
|
2).
|
Kebutuhan prestasi berupa penghargaan
atas apa-apa yang dilakukannya.
|
e.
|
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need
for self actualizationz).
Merupakan kebutuhan untuk memenuhi
dorongan hakiki manusia untuk menjadi
orang sesuai dengan keinginan dan potensi dirinya.
Adapun
langkah-langkah yang lainnya adalah :
|
1.
Menyarankan
agar klien berusaha untuk mendalami agama Islam yang baru dianutnya baik dari
guru agama islam atau khusus mendatang ustad ke rumah.
2.
Menanamkan
keyakinan kepada siswa bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing, jangan terlalu egois, individulistis, bersikap sombong
merasa dirinya berasal dari keluarga mampu kemudian merendahkan teman yang dianggapnya kekurangan.
3.
Menyarankan
agar klien bersikap lebih sabar dalam menghadapi segala masalah yang dihadapi.
4.
Menyarankan
agar klien lebih bisa menahan emosi jika sedang bergurau dengan temannya
sehingga teman-temannya akan merasa nyaman jika bergaul dengan klien.
5.
Memberikan
masukan tentang bagaimana ketika menghadapi masalah sehingga ia bisa lebih
sabar menghadapinya, tidak lagi mengatasi masalah dengan cara emosional.
9.2. Untuk Keluarga
|
a) Memberikan
pengarahan pada orang tua agar tidak terlalu memanjakannya karena hal itu
dapat berakibat buruk pada klien.
b)
Memberikan penjalasan pada orang tua agar selalu memperingatkan
klien untuk belajar dan selalu menasihati dan memberikan dorongan pada klien
untuk lebih rajin belajar agama Islam.
c)
Memberikan penjelasan pada orang tua bahwa mereka
harus selalu memperhatikan dan membimbing anaknya untuk belajar lebih giat
agar tidak tertinggal dengan teman-temannya.
d)
Memberikan penjelasan pada orang tua agar menanamkan
pada diri klien sikap menghormati dan menghargai orang lain.
e) Memberikan
penjelasan pada orang tuanya agar memotivasi, mendorong dan serta mengawasi
pengamalan sholat 5 waktunya.
|
9.3. Untuk Sekolah
Untuk biaya SPP tidak masalah karena
tergolong latar belakang dari keluarga yang mampu.
Pihak sekolah agar lebih memahami potensi siswa/i dan tingkah lakunya tanpa
mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan,
nilai-nilai, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan
dsb.
a)
Membantu
mengatasi permasalah yang memfokuskan pada bidang keluarga dan hubungan sosial.
b)
Sebaiknya guru memberikan perhatian yang lebih pada
klien atas masalah yang dihadapi terutama sakit yang pernah diderita.
c)
Guru harus lebih peka terhadap masalah keluarga dan
belajar anak didiknya dan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.
d) Guru harus
lebih sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan
belajar klien tersebut.
10. EVALUASI
a.
|
Klien masih kurang motivasi untuk
mempelajari bakatnya.
|
b.
|
Klien kurang memiliki kemampuan untuk bersabar
dan bersyukur.
|
c.
|
Masih merasa malas untuk belajar
baik dirumah maupun disekolah.
|
d.
|
Kehadiran di sekolah kurang tapi
setelah konseling dan pemanggilan orang tua dan wali kelas melakukan home
visit klien mulai berubah dari segi kehadiran di sekolah maupun bidang
lainnya menyangkut peningkatan prestasi belajar, hubungan sosial dan
perbaikan masalah keagamaannya.
|
e.
|
Setelah kedua orang tuanya datang
ke sekolah dan memperhatikan perkembangan pribadi dan tingkah lakunya di
sekolah serta kemajuan belajarnya klien berusaha merubah menjadi lebih baik.
|
f.
|
Klien sudah mampu bekerjasama dengan temannya
dan hubungan dengan guru sudah dekat.
|
g.
|
Klien sudah mulai
percaya diri dan rajin masuk sekolah karena ibu kandungnya memperhatikan dari
segi biaya sekolah.
|
h.
|
Kata tidak senonoh dan kasar sudah
mulai ditinggalkan
|
i.
|
Ancaman kepada teman sekelasnya yang
dianggap lemah sudah tidak lagi dilakukan
|
j.
|
Tugas pekerjaan rumah mulai dikerjakan
dan catatan mulai dilengkapi
|
11. TINDAK LANJUT
Klien perlu mendapatkan pembinaan dalam
pelajaran dan masalah keagamaan dan keluarga, masalah pribadi dan hubungan
sosialnya agar dapat meningkatkan prestasinya dalam bidang akademik. Motivasi harus
selalu ditanamkan pada diri klien agar bisa memacu dirinya untuk dapat
berprestasi.
Adapun kegiatan follow up yang dilakukan dalam praktek layanan bimbingan siswa ini
adalah :
1.
|
Pihak sekolah khususnya guru
mata pelajaran agama Islam serta guru
pembimbing sangat dituntut peranannya dan tanggung jawabnya dalam
perkembangan keberhasilan siswa dan senantiasa memberikan perhatian terhadap masalah penyebabkan
permasalahan utama pada klien berasal dari diri klien sendiri
|
2.
|
Mengadakan monitoring secara
berkelanjutan terhadap perkembangan keberhasilan pemecahan masalah serta
menumbuhkan kepercayaan diri pada klien tentang masalah keagamaan dan
keluarga dan penyesuaian diri terhadap kondisi yang berkembang saat ini yang
tidak sesuai dengan harapannya dan solusi bagi perkembangan kehidupan dirinya
dan keluarganya memberi penjelasan tentang cara untuk menyikapi persoalan agama,keluarga
serta kematangan pribadinya.
|
3.
|
Tindak lanjut yang berikutnya
adalah dengan cara memanfaatkan pihak-pihak yang benar-benar berkompeten
yaitu guru mata pelajaran agama islam, guru
bimbingan dan konseling yang memiliki pengaruh pada klien sehingga keberadaan
mereka dapat mengarahkan klien agar masalah bidang agama dan keluarga.
|
4.
|
Melibatkan orang tua klien dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, orang tua diharapkan ikut berperan serta dalam mengawasi dan
mendorong kegiatan klien ketika berada di rumah atau diluar rumah.
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
|
Masalah yang dihadapi siswa dalam kasus
ini adalah masalah agama dan moral, siswa waktu kecilnya terlalu dimanja oleh
kedua orang tuanya, karena merasa anak tunggal, klien masih belum mau
menerima kenyataan tersebut dan ingin mendambakan keluarga yang utuh dimana
seluruh perhatian tertuju, tumpah padanya.
|
|
2.
|
Ketika di kelas klien termasuk siswa yang banyak
berbicara, ia termasuk super aktif.
|
|
3.
|
Proses layanan bimbingan ini
melibatkan berbagai pihak yang saling terkait yaitu guru, wali kelas, guru
konseling, orang tua dan teman-teman klien. Data yang benar dan akurat
merupakan sumbangan yang bermanfaat bagi pemberian layanan bimbingan siswa.
|
|
4.
|
Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa klien mengalami masalah agama dan
moral yang berpengaruh kepada bidang lainnya yaitu keluarga,. Bantuan yang
direncanakan dalam membantu masalah
klien yaitu layanan konseling individual. Hasil konseling individual yaitu
adanya kesepakatan antara
konselor dengan klien untuk melakukan komunikasi terkait dengan bentuk bantuan dalam pemberian layanan bimbingan siswa. Hasil konseling akan
ditindak lanjuti yaitu dengan mengamati keadaan dan perkembangan klien
selanjutnya.
|
|
5.
|
Studi kasus merupakan usaha komprehensif untuk meneliti masalah yang
sedang dihadapi oleh klien. Wujud komprehensivitas ini ditunjukkan dengan
usaha yang dilakukan secara kontinyu, mulai dari pra terapi hingga pasca terapi, tak hanya menyangkut
dirinya namun juga lingkungan sekitarnya.
|
|
6.
|
Upaya pasca terapi yang harus dilakukan adalah tetap menjaga kondisi
yang baik agar dapat mengembangkan pribadi yang lebih
dewasa dan lebih mendalami bidang kehidupan agama Islam. Upaya-upaya ini harus senantiasa dikontrol agar mampu memberikan dampat
peningkatan prestasi
belajar khususnya bagi Ant dan umumnya bagi semua siswa.
Selain itu
sampai tahap ini adalah kegiatan untuk meninjau sampai sejauh mana keberhasilan
yang telah dicapai klien setelah mendapatkan pembinaan bantuan pada klien, maka hasilnya :
|
|
|
a.
|
Klien sudah mampu bekerjasama dengan temannya
dan hubungan dengan guru sudah dekat.
|
|
b.
|
Klien sudah mulai aktif di kelas, seperti halnya sudah mulai aktif
bertanya tentang materi yang diajarkan oleh guru.
|
|
c.
|
Klien sudah mulai percaya diri dan
rajin masuk sekolah karena ibu kandungnya memperhatikan dari segi biaya
sekolah.
|
|
d.
|
Ketidakhadirannya di sekolah sudah
mulai berkurang.
|
|
e.
|
Kata tidak senonoh dan kasar sudah
mulai ditinggalkan
|
|
f.
|
Ancaman kepada teman sekelasnya yang
dianggap lemah sudah tidak lagi dilakukan
|
|
g.
|
Tugas pekerjaan rumah mulai dikerjakan
dan catatan mulai dilengkapi.
Mulai berkata dan berperilaku sopan
kepada teman dan guru.
|
B. SARAN- SARAN
1.
|
Saran kepada Klien
|
||
|
a.
|
Jangan merasa tinggi hati akan
kekayaan yang dimiliki orang tuanya.
|
|
|
b.
|
Memberikan kepercayaan dan sikap
optimis untuk kehidupannya dimasa depan.
|
|
|
c.
|
Menyadari dan memperbaiki sikap
agresif, pemberontak dan sulit diajak kerja sama.
|
|
|
d.
|
Menghindari kegaduhan di kelas
ketika pelajaran berlangsung dan sikap kurang menghargai dan kurang
menghormati gurunya.
|
|
|
e.
|
Melatih, memperbaiki sikap emosional dan
tidak sabar, serta tidak sungguh-sunguh dalam belajar.
|
|
2.
|
Saran Kepada Orang Tua
|
|
|
|
a.
|
Sebaiknya orang tua memberikan
perhatian yang lebih kepada klien, terutama perkembangan agama dan moralnya
serta hubungan sosialnya yang menyangkut perasaan dan harapan-harapannya.
|
|
|
b.
|
Hendaknya orang tua memberikan
perhatian dengan porsi yang tepat tidak hanya kebutuhan fisik saja akan
tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menanamkan sopan santun di dalam keluarga
dan masyarakat.
|
|
|
c.
|
Hendaknya orang tua memperhatikan
kebutuhan rohani anak dan jangan terlalu memanjakan anak.
|
|
3.
|
Saran kepada Guru
|
||
|
a.
|
Sebaiknya guru memberikan
perhatian yang lebih pada klien atas masalah agama dan moral serta hubungan
yang harmonis dengan teman dan guru-gurunya.
|
|
|
b.
|
Guru harus lebih peka terhadap
masalah agama dan moral serta masalah keluarga anak didiknya dan memberikan
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.
|
|
|
c.
|
Guru harus lebih sering
bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan masalah
agama dan moral serta kehidupan keluarga klien tersebut.
|
DAFTAR PUSTAKA
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling
Psikoterapi,(Bandung:Refika Aditama,2010).
|
Patty,Kasmiran,PengAntar Psikologi, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982).
|
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2008).
|