Selasa, 15 Januari 2013

Bimbingan dan Konseling Studi Kasus Agama


LAPORAN STUDI KASUS
BIDANG KEAGAMAAN
                                    


http://profile.ak.fbcdn.net/hprofile-ak-snc4/50492_71739544852_8620_n.jpg



Disusun oleh
ESTI DWI FATMAWATI
NPM. 201001579004





PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS BINDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2012



STUDI KASUS PESERTA DIDIK SMA 
BIDANG AGAMA
DAFTAR  ISI
KATA PENGANTAR
BAB I             : PENDAHULUAN
BAB II                        : LAPORAN STUDI KASUS BIDANG AGAMA
A. Latar Belakang
B. Penanganan Kasus
1.  Perencanaan
2.  Data Identitas
3.  Pengumpulan Data
4.  Verifikasi Data
5.  Klasifikasi Data
6.  Pengolahan Data
7.  Diagnosa
8.  Prognosa
9.  Terapi
10. Evaluasi
11. Tindak Lanjut
BAB III          : PENUTUP
                          DAFTAR PUSTAKA
                          LAMPIRAN-LAMPIRAN
           



KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, atas ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya. Mengingat keterbatasan kemampuan yang ada, penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari yang diharapkan, serta masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu penulis membuka lebar kritik kepada semua pihak demi perbaikan studi kasus ini. Selain itu penulis juga berharap bisa mendapatkan bahan masukan, baik berupa tanggapan dan saran demi sempurnanya laporan ini, khususnya kesempurnaan penulisan studi kasus yang akan datang. Dan tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :1.Bapak Drs.Sutupo selaku Kepala SMA W,yang telah memberikan izin dan fasilitas dalam pelaksanaan penyusunan studi kasus ini.2.Ibu Dra. Sumaryati, Med. selaku dosen pembimbing.Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya laporan ini.Semoga laporan studi kasus ini mampu membantu pihak yang berkasus dalam mengatasi masalahnya. Dan menjadi acuan dalam menyelesaikan kasus .


                                                                                    Jakarta,  15 Agustus 2012







BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
       Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki peranan dan kedudukan utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru mengemban berbagai tugas dalam pengembangan potensi siswa secara optimal. Pada dasarnya setiap siswa akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikis maupun motorik. Dalam teori perkembangan anak, pada tahapan tertentu siswa akan mengalami proses daya pikir dan kemampuan prestasi yang berbeda dengan siswa lainnya.
       Oleh karena itu peran guru tidak hanya terbatas pada pengelolaan berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa, tetapi guru juga berperan sebagai konselor yang harus mampu memahami dan menyadari bahwa nantinya akan menemui kondisi yang beragam pada siswa. Setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda, intelegensi, bakat, minat, emosi, hubungan antar pribadi, keadaan penghidupan, penyesuaian diri, pemahaman dan pengamalan agama yang dianutnya.
       Dari berbagai latar belakang siswa, dapat memunculkan permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks dan berpengaruh pada hubungan siswa. Sebagai konselor dituntut mampu mengatasi dan menyelesaikan, membimbing, memotivasi dan memberi pengarahan pada siswa yang mengalami permasalahan. Salah satu teknik yang digunakan oleh guru adalah studi kasus. Melalui studi kasus inilah, guru belajar menangani masalah yang dihadapi siswanya secara mendalam dan tuntas
B. PENANGANAN KASUS
1.  PERENCANAAN
1.1. Waktu
1.2. Tempat                                         : SMA Swasta Jakarta Timur
1.3. Metode Pengumpulan data          :
                        1.3.1. Daftar Cek Masalah
                        1.3.2. Studi Dokumenter        :
·         Buku Rapor
·         Buku Data Pribadi
·         Psikogram
                        1.3.3. Angket              :
·         Klien
·         Guru
·         Orang Tua
                        1.3.4. Wawancara
·         Klien

2.  DATA IDENTITAS
     2.1. KLIEN
a.
Nama Siswa        
:

b.
Tempat/tgl. Lahir
:

c.
JenisKelamin      
:

d.
Agama      
:

e.
Jumlah saudara   
:

f.
Anak ke                
:

g.
Alamat
:


     2.2. AYAH
a.
Nama       
:
John
b.
Tempat/tgl. Lahir
:
Kalimantan, 14 April 1966
c.
Agama      
:
Kristen
d.
Pendidikan
:
SMA
e.
Pekerjaan
:
Wiraswasta
f.
Kewarganegaraan
:
WNI
g.
Alamat
:
Kalimantan
        

2.3. IBU
a.
Nama       
:

b.
Tempat/tgl. Lahir
:

c.
Agama      
:

d.
Pendidikan
:

e.
Pekerjaan
:

f.
Kewarganegaraan
:

g.
Alamat
:

       2.4. SUSUNAN KELUARGA
NO.
NAMA
L/P
LAHIR
STATUS
PEKERJAAN
1
John
L
Kalimantan, 14 April 1966
Ayah kandung

2
Ros
P
Banten, 9 Juli 1968
Ibu kandung
Angg. dewan
3
Rust
P
1992
Anak kandung
Mahasiswa
4
Ant
L
12 Mei 1995
Anak kandung
Pelajar

 3.  PENGUMPULAN DATA
   3.1. KEADAAN DIRI KLIEN
       Klien adalah seorang remaja putra berusia 17 tahun yang berasal dari keluarga yang kaya , tapi untuk keperluan biaya sekolah sering terlambat, sehingga untuk ikut UAS kadang tertunda menunggu orang tuanya datang untuk membayar uang SPP atau uang buku pelajaran. Setelah kedua orang tuanya bercerai klien memilih  tinggal dengan ibu kandungnya dan ayah tirinya. Ibunya tinggal di rumah sendiri yang berada di Kel. Rambutan Jakarta Timur dan ibunya bekerja sebagai anggota dewan untuk perwakilan provinsi BAnten begitu menurut pengakuannya,dan ayah tirinya bekerja sebagai wiraswasta sedangkan ayah kandungnya berada di Kalimantan dan berbeda agama.
       Kedua orang tuanya bercerai semenjak Ant masih duduk dibangku SMP, ayah telah menikah lagi dan memiliki rumah pribadi, demikian pula ibunya tinggal dengan suami barunya dirumah pribadi.
        Klien adalah anak ke dua dari 3 bersaudara yang seluruh anaknya ikut dengan ibunya. Ibu kandungnya termasuk baik karena perhatian dan sering datang ke sekolah untuk mengurus keperluan sekolah dan membiayai sedang ayah kandungnya sudah lepas tidak mau membiayainya.
       Klien adalah seorang remaja yang mempunyai sifat pemarah, agresif, sering menentang Ibu dan juga guru-gurunya dan klien sering dikeluarkan dari kelas oleh beberapa gurunya karena sering berbuat gaduh serta sering mengganggu konsentrasi teman-temannya.
       Dengan prestasi belajar yang kurang memuaskan karena klien sering tidak masuk sekolah dengan memberikan alasan yang kurang jelas, Klien berusaha menutupi bolos dengan mengancam akan kabur dari rumah, klien pernah selama 4 hari kabur dari rumah karena merasa kurang betah dan permintaannya tidak dikabulkan, padahal klien sering dibelikan barang mewah menurut ibunya, bahkan klien pernah membanting HP karena kurang cocok dengan harapannya. Klien cenderung tertutup dan tidak mau terbuka tentang masalahnya yang sesungguhnya, tidak mau menceritakan perilakunya yang sering pulang larut malam bahkan pulang ke rumah sampai jam 2 pagi. Klien sering bolos ia bermain di rumah teman dan malas untuk pergi sekolah menurut pengakuan teman-temannya ia biasa nongkrong di discotik.
     3.2. KEADAAN ORANG TUA
       Setelah kedua orang tuanya bercerai klien memilih  tinggal dengan ibu kandungnya dan ayah tirinya. Ibunya tinggal di rumah sendiri yang berada di Jakarta Timur dan ibunya bekerja sebagai anggota dewan begitu menurut pengakuannya,dan ayah tirinya bekerja sebagai wiraswasta sedangkan ayah kandungnya berada di Kalimantan dan berbeda agama.
       Kedua orang tuanya bercerai semenjak Ant masih duduk dibangku SMP, ayah telah menikah lagi dan memiliki rumah pribadi, demikian pula ibunya tinggal dengan suami barunya dirumah pribadi yang termasuk kaya dengan penghasilan yang cukup tinggi.

     3.3. KEADAAN LINGKUNGAN
a.  Kondisi Fisik Sekolah
1. Secara umum, kondisi gedung SMA W cukup mendukung dan luas serta memiliki lapangan olah raga yang cukup untuk ukuran diperkotaan.
2. Ruang kelas luas bila dilihat dengan jumlah siswa yaitu ± 35 siswa.
3. Penggunaan laboratorium yang ada sudah dapat digunakan tapi bahan dan alat praktek yang masih kurang, khususnya untuk bidang seni.
4. Ruang perpustakaan kurang luas dengan fasilitas yang kurang memadai.
5. Ruang guru sudah dimanfaatkan dengan baik masih terlihat kurang rapi, tapi untuk luasnya cukup baik sesuai dengan jumlah guru yang ada
6.  Koperasi sudah memadai dalam meyediakan keperluan siswa
7.  KAntin sekolah cukup  layak dari segi kesehatan
8.  Kamar mandi dan WC guru dan siswa belum memenuhi standart kebersihan dan kesehatan.
9.  Musholla sudah dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan fungsinya, tapi kurang luas.
10. Kegiatan belajar mengajar di SMA W yang merupakan sekolah swasta termasuk sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan oleh guru, disiplin guru, dan keaktifan guru, tapi dipihak klien masih banyak yang mengalami masalah, yang umumnya masalah hubungan dan keadaan keluarga dan ketidakhadiran disekolah masih cukup tinggi.

b. Kondisi Non Fisik Sekolah
1.  Kondisi sosial sekolah terjaga dengan baik dan sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
2.  Hubungan sekolah dengan masyarakat terjalin dengan baik dan saling mengisi.
3.  Tata tertib sekolah secara umum sudah dipatuhi dengan baik oleh sebagian besar siswa, guru, petugas sekolah maupun kepala sekolah.
4.   Pembinaan mental dan agama siswa, pembinaan minat dan bakat dalam bidang penalaran, olahraga, kesenian, dan kreatifitas siswa lainnya sangat baik, terbukti dengan prestasi-prestasi yang telah diraih oleh siswa-siawi SMA W
5.   Kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung dengan baik.
6.   Sumber daya guru dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif sangat baik karena sebagian besar adalah lulusan sarjana dengan didukung oleh serangkaian sarana untuk mengembangkan profesi keguruan.
     3.4. KEADAAN FISIK KLIEN
       Pakaian seragam yang dikenakannya termasuk rapih. Begitu pula kesehatan badan klien masih cukup sehat. Klien memiliki postur tubuh yang termasuk sedang untuk ukuran pria Asia dan berpenampilan sederhana.Tidak nampak ada kelainan fisik. Klien meiliki tinggi badan   : 160 cm ,berat badan : 50 kg, warna kulit : sawo matang agar hitam, jenis rambut : keriting, keadaan jasmani : sehat, penglihatan : normal, pendengar  : normal, pembicaraan : normal, sedang penyakit berat yang diderita : tidak ada.
     3.5. KEADAAN KLIEN DISEKOLAH
     Untuk memperoleh data yang ada pada siswa atau klien, penulis menggunakan beberapa metode khusus untuk menjamin kevaliditasnya. Beberapa metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1.  Observasi
Teknik ini menggunakan pengamatan  secara langsung dengan klien pada saat kegiatan belajar mengajar dikelas.
2.  Wawancara
Wawancara merupakan pengamatan langsung dengan cara berinteraksi atau komunikasi  dengan siswa itu sendiri. Komunikasi ini dilaksanakan dengan beberapa sumber diantarannya melalui siswa itu sendiri, teman dekat siswa, guru pengajar, dan guru konselor (BK).
3.  Angket
Teknik ini merupakan teknik dengan cara mengisi beberapa pertanyaan yang disediakan dalam hal berupa data siswa, orangtua siswa dan beberbagai permasalahan yang ada pada siswa.
4.  Studi Dokumenter
Data ini berasal dari beberapa data-data hasil prestasi siswa selama belajar disekolah, misalnya nilai ulangan harian, tugas dan lain-lain.

       Ketika di kelas klien termasuk siswa yang senang berbicara dan bercanda saat jam belajar sehingga sering menggangu suasana KBM, klien mempunyai sifat egois dan sering menyinggung perasaan teman-temannya maupun gurunya. Masalah yang paling menonjol pada diri klien adalah masalah agama dan moral.
       Ant sering bolos sekolah semenjak kelas X dengan prosentasi ketidak hadiran kurang lebih 50 %, Ant termasuk sering menentang perintah nasehat gurunya ketika ia mendapat nasehat guru atau wali kelasnya.
       Menurut pengakuannya dan laporan dari ibunya Ant jarang sekali menjalankan shalat dan puasa, karena pemahaman dan keyakinan yang masih lemah, klien adalah seorang muallaf, setelah ikut dengan ibunya atas pilihannya sendiri.
       Ant sering berkata kasar dan jorok kepada Ibunya, sehingga ibunya  sering menangis ketika mengadukan perilaku putranya kepada konselor dan begitu pula perilaku yang sama pula dilakukan kepada teman-temannya sehingga ada beberapa siswa dan siswi yang mengadukan perlakuan Ant.
4.  VERIFIKASI DATA
        Berdasarkan penelitian melalui beberapa sumber data seperti : DCM, studi dokumenter, angket,observasi dan wawancara, diketahui bahwa dari data yang tertera bahwa klien yang paling menonjol permasalahannya adalah dibidang Agama dan moral mencapai 60 % yang berdampak buruk kepada bidang lainnya yang meliputi masalah bidang pribadi, sosial, belajar dan keluarga. Dengan demikian, kami berkesimpulan bahwa masalah klien yang  layak dijadikan studi kasus bidang agama dan moral .
5.  KLASIFIKASI DATA
     5.1. Keadaan Diri Klien
a.  Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup :
1)
Motivasi untuk mempelajari agama masih kurang.
2)
Kurang memahami agama Islam sebagai pedoman hidup.
3)
Kurang rajin beribadah ke Mesjid.
4)
Kurang banyak mengamalkan perintah maupun larangan dalam agama Islam.
5)
Malas mengerjakan shalat 5 waktu apalagi shalat sunah.
6)
Klien kurang memahami ajaran Islam mungkin karena masih muallaf , mengenai adab tata krama tidak dihiraukan, sehingga sering menimbulkan konflik dengan teman maupun gurunya.
b. Perolehan system nilai, meliputi :
1).
Klien termasuk siswa yang acuh kurang sopan terhadap guru dan temannya.
2).
Kurang berdisiplin dan sering datang terlambat walaupun sudah mendapat hukuman dan pembinaan.
3).
kehadiran di sekolah sangat kurang hanya berkisar 50%, semenjak dari kelas X.
4).
Klien kurang menerima kenyataan hidupnya mengenai kondisi rumah dan keadaan keluarganya yang telah bercerai.
5).
Klien jarang di rumah ia tidak betah di rumah sebagai pelampiasannya sering bermain dengan teman akrabnya walaupun masih dalam jam belajar. 
c. Kemandirian emosional, meliputi :
1)
Klien adalah seorang remaja yang agresif, pemberontak , sulit diajak kerja sama.
2)
Klien selalu membuat kegaduhan di kelas ketika pelajaran berlangsung dan kurang menghargai dan kurang menghormati gurunya.
3)
Klien termasuk anak emosional dan tidak sabar, serta tidak sungguh-sunguh dalam belajar.
4)
Klien kurang menerima takdirnya kini bahwa kedua orang tuanya telah bercerai dan masing-masing sudah menikah lagi.
5.2. Keadaan Keluarga  Klien
a. Tingkat ekonomi keluarganya tergolong mampu (kaya).
b. Keluarganya sudah memiliki rumah sendiri.
c. Ibu kandung termasuk perhatian selalu datang ketika ada panggilan dan sering mengantar Ant ke sekolah.
d. Ibunya merasa kewalahan dan sering dimaki didepan guru BK maupun guru lainnya ketika Ant mendapat konseling atau nasehat dari wali kelasnya dan juga ibunya merasa tidak dihargai oleh Ant. Ibunya berusaha untuk menyerahkan pendidikan akhlaknya kepada pihak sekolah karena ia merasa kurang mampu mendidik secara baik, karena sifat Ant yang sudah terbentuk sejak SD.

5.3. Keadaan Klien di Sekolah

a.    Hubungan dengan teman-temannya kurang akrab.
b.    Komunikasi dengan guru kurang baik.
c.    Kehadiran klien disekolah kurang hanya kira-kira 50 %.
d.   Klien mendapat nilai yang kurang baik dan termasuk siswa yang lambat dalam belajar,serta tidak aktif dalam kegiatan osis.
e.    Kurang rajin mengerjakan tugas sekolah
f.     Terlihat tidak semangat dalam mengikuti proses KBM.
g.    Sering berbuat gaduh dan onar saat jam belajar berlangsung.
h.    Kurang berdisiplin sering datang terlambat walaupun sudah mendapat hukuman dan pembinaan.
i.      kehadiran di sekolah sangat kurang hanya berkisar 50%, semenjak dari kelas X.
         5.4. Keadaan Klien di Masyarakat
        Klien tidak aktif di organisasi Karang Taruna dan kurang bersosialisasi dengan tetangganya. Klien sering berkumpul dengan kelompok yang kurang baik, seperti di discotik.
6.  PENGOLAHAN DATA
       Pengolahan data adalah kegiatan mengorganisasikan data penelitian sedemikian rupa sehingga data penelitian tersebut dapat dibaca (readable) dan dapat diinterprestasikan (interpretabie).
Data penelitian berdasarkan cara pengolahannya dibedakan menjadi.
1. Data penelitian yang dapat diolah secara statistik (tabel dan grafik)
2. Data penelitian yang diolah tanpa statistik (deskriptif).
Data penelitian yang pertama pada umumnya berupa data-data numerikal sehingga dapat diolah secara statistik. Sementara itu yang kedua berupa data-data kualitatif yang hanya bisa dinarasikan atau diceritakan.
        Berdasarkan tabel 1 analisa individual daftar cek masalah bahwa klien Rik mempunyai prosentasi yang tinggi atau sangat bermasalah untuk bidang agama, prosentase masalahnya mencapai angka 60 % dan masalah kehidupan keluarga yang mencapai angka 45 %.
       Jadi pada masalah bidang agama dan moral  dengan prosentase masalahnya yang mencapai angka 60 % perlu penangan yang mendesak. Dengan tampilan data terebut maka pokok masalah yang pokus untuk diambil tindakan (action) dan dilakukan bimbingan konseling bidang kehidupan keluarga yang mencapai angka 45 % dimana keduanya saling berhubungan. ( prosentase masalah dan tabel masalah terlampir)
7.  DIAGNOSA
       Jadi yang menyebabkan permasalahan utama pada klien berasal dari diri klien sendiri,yang kurang terbuka, pemalu yaitu dibidang masalah agama dan moral , sedang yang lainnya faktor yang mempengaruhinya seperti, keadaan kehidupan keluarga, keadaan sekolah, media masa, teman bergaulnya ,lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya yang meliputi pola pikir,karakter, sifat, sikap dan tingkah lakunya.
8.  PROGNOSA
       Prognosis adalah langkah yang ditempuh untuk menetapkan jenis atau tehnik bantuan yang diberikan kepada anak didik serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh anak sehubungan dengan masalah agama dan moral yang sedang dialami.
          Langkah-langkah yang ditempuh untuk menangani klien adalah:
1.
Pemanggilan klien oleh konselor untuk diadakan konseling individu.
2.
Pemanggilan orang tua klien agar dapat membantu mendorong klien dan menciptakan kondisi yang kondusif di rumah dan memberi gambaran dan dorongan untuk menerima takdir keadaan suatu keluarga yang sudah bercerai dengan mengambil hikmah baik itu kekurangan dan kelebihan dapat disikapi dengan tenang dan pribadi yang lebih dewasa.
3.
Model terapi yang dipergunakan adalah Rational Emotif Theory
4.
Belajar pola pikir yang selama ini bersifat irasiona merubah kearah sifat yang rasiona.
5.
Mengadakan pertemuan dengan wali kelas untuk mendukung perubahan tingkah laku dan mencapai prestasi belajar dan masalah yang lebih baik.
6.
Dukungan mengenai masalah kelauraga dari orang tua dan semua guru dilibatkan termasuk teman-temannya.
7.
Menganjurkan untuk mengikuti kegiatan ekskul sesuai dengan yang diminatinya untuk mengisi waktu luangnya.
8.
Tidak semua yang kita inginkan terkabul, agar klien dapat menyesuai diri lingkungan keluarga, sekolah, agama yang baru dan menerima dengan ikhlas kondisi tersebut.
     9. TERAPI (TREATMENT)
       Tahap ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan masalah dalam konseling. Guru membantu anak menemukan sumber-sumber potensi pada diri anak. Sumber-sumber lembaga dan masyarakat guna membantu anak masalah bidang agama dan moral . Melalui tahap ini guru memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif yang mungkin dapat dilakukannya.
       9.1. Untuk Klien

Langkah-langkah konseling Terapi Rational Emotif sebagai berikut:

1.
Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku.

2.
Menantang klien untuk menguji gagasannya.

3.
Menunjukan kepada klien ketidak logisan pemikirannya.

4.
Menggunakan suatu analogis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasionalnya.

5.
Menunjukan bahwa keyakinan-keyakinannya itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa kini dan masa depan.

6.
Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien.

7.
Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan irasionalnya bisa digantikan dengan gagasan-gagasan yang raional yang memiliki landasan empiris.

8.
Mengajari klien begaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien dapat mengamati dan meminimalkan  gagasan-gagasan yang irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah mengekalkannya cara-cara merasa dan perilaku yang merusak diri.

      Maslow menggambarkan kebutuhan manusia sebagai kebutuhan yang tersusun secara bertingkat, mulai dari kebutuhan yang paling dasar (mendesak) sampai kebutuhan selanjutnya. Adapun ke lima kebutuhan tersebut adalah:
a.
Kebutuhan Dasar Fisiologis (physiologis needs),
 yaitu sekumpulan kebutuhan yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan  langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Contoh: kebutuhan makanan, air, istirahat.
b.
Kebutuhan akan rasa aman (need for self security)
Kebutuhan ini yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya.
c.
Kebutuhan akan Cinta dan memiliki (need for love and belongingness),
Yaitu kebutuhan yang mendorong manusia untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosinal berupa perasaan mencintai dan dicintai dengan individu lain dalam lingkungannya. Keadaan perasaan mencintai dan dicintai sebagai prasyarat bagi adanya perasaan yang sehat.
d.
Kebutuhan akan rasa Harga diri (need for self esteem).
Merupakan kebutuhan individu untuk merasa berharga dalam kehidupannya.
Kebutuhan ini meliputi 2 bagian:

1).
Kebutuhan akan penghormatan atau penghargaan diri sendiri yang mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian dan kebebasan.

2).
Kebutuhan prestasi berupa penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.
e.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualizationz).
Merupakan kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki manusia untuk menjadi  orang sesuai dengan keinginan dan potensi dirinya.
Adapun langkah-langkah yang lainnya adalah :

1.      Menyarankan agar klien berusaha untuk mendalami agama Islam yang baru dianutnya baik dari guru agama islam atau khusus mendatang ustad ke rumah.
2.      Menanamkan keyakinan kepada siswa bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, jangan terlalu egois, individulistis, bersikap sombong merasa dirinya berasal dari keluarga mampu kemudian merendahkan teman yang dianggapnya kekurangan.
3.      Menyarankan agar klien bersikap lebih sabar dalam menghadapi segala masalah yang dihadapi.
4.      Menyarankan agar klien lebih bisa menahan emosi jika sedang bergurau dengan temannya sehingga teman-temannya akan merasa nyaman jika bergaul dengan klien.
5.      Memberikan masukan tentang bagaimana ketika menghadapi masalah sehingga ia bisa lebih sabar menghadapinya, tidak lagi mengatasi masalah dengan cara emosional.
      9.2. Untuk Keluarga

a)      Memberikan pengarahan pada orang tua agar tidak terlalu memanjakannya karena hal itu dapat berakibat buruk pada klien.
b)      Memberikan penjalasan pada orang tua agar selalu memperingatkan klien untuk belajar dan selalu menasihati dan memberikan dorongan pada klien untuk lebih rajin belajar agama Islam.
c)      Memberikan penjelasan pada orang tua bahwa mereka harus selalu memperhatikan dan membimbing anaknya untuk belajar lebih giat agar tidak tertinggal dengan teman-temannya.
d)     Memberikan penjelasan pada orang tua agar menanamkan pada diri klien sikap menghormati dan menghargai orang lain.
e)      Memberikan penjelasan pada orang tuanya agar memotivasi, mendorong dan serta mengawasi pengamalan sholat 5 waktunya.


      9.3. Untuk Sekolah
     Untuk biaya SPP tidak masalah karena tergolong latar belakang dari keluarga yang mampu. Pihak sekolah agar lebih memahami potensi siswa/i dan tingkah lakunya tanpa mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dsb.
a)        Membantu mengatasi permasalah yang memfokuskan pada bidang keluarga dan hubungan sosial.
b)        Sebaiknya guru memberikan perhatian yang lebih pada klien atas masalah yang dihadapi terutama sakit yang pernah diderita.
c)        Guru harus lebih peka terhadap masalah keluarga dan belajar anak didiknya dan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.
d)       Guru harus lebih sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan belajar klien tersebut.
10. EVALUASI
a.
Klien masih kurang motivasi untuk mempelajari bakatnya.
b.
Klien  kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
c.
Masih merasa malas untuk belajar baik dirumah maupun disekolah.
d.
Kehadiran di sekolah kurang tapi setelah konseling dan pemanggilan orang tua dan wali kelas melakukan home visit klien mulai berubah dari segi kehadiran di sekolah maupun bidang lainnya menyangkut peningkatan prestasi belajar, hubungan sosial dan perbaikan masalah keagamaannya.
e.
Setelah kedua orang tuanya datang ke sekolah dan memperhatikan perkembangan pribadi dan tingkah lakunya di sekolah serta kemajuan belajarnya klien berusaha merubah menjadi lebih baik.
f.
Klien sudah mampu bekerjasama dengan temannya dan hubungan dengan guru sudah dekat.
g.
Klien sudah mulai percaya diri dan rajin masuk sekolah karena ibu kandungnya memperhatikan dari segi biaya sekolah.
h.
Kata tidak senonoh dan kasar sudah mulai ditinggalkan
i.
Ancaman kepada teman sekelasnya yang dianggap lemah sudah tidak lagi dilakukan
j.
Tugas pekerjaan rumah mulai dikerjakan dan catatan mulai dilengkapi


11. TINDAK LANJUT
       Klien perlu mendapatkan pembinaan dalam pelajaran dan masalah keagamaan dan keluarga, masalah pribadi dan hubungan sosialnya agar dapat meningkatkan prestasinya dalam bidang akademik. Motivasi harus selalu ditanamkan pada diri klien agar bisa memacu dirinya untuk dapat berprestasi.
       Adapun kegiatan follow up yang dilakukan dalam praktek layanan bimbingan siswa ini adalah :
1.
Pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran agama Islam serta guru pembimbing sangat dituntut peranannya dan tanggung jawabnya dalam perkembangan keberhasilan siswa dan senantiasa memberikan perhatian terhadap masalah penyebabkan permasalahan utama pada klien berasal dari diri klien sendiri
2.
Mengadakan monitoring secara berkelanjutan terhadap perkembangan keberhasilan pemecahan masalah serta menumbuhkan kepercayaan diri pada klien tentang masalah keagamaan dan keluarga dan penyesuaian diri terhadap kondisi yang berkembang saat ini yang tidak sesuai dengan harapannya dan solusi bagi perkembangan kehidupan dirinya dan keluarganya memberi penjelasan tentang cara untuk menyikapi persoalan agama,keluarga serta kematangan pribadinya.
3.
Tindak lanjut yang berikutnya adalah dengan cara memanfaatkan pihak-pihak yang benar-benar berkompeten yaitu guru mata pelajaran agama islam, guru bimbingan dan konseling yang memiliki pengaruh pada klien sehingga keberadaan mereka dapat mengarahkan klien agar masalah bidang agama dan keluarga.
4.
Melibatkan orang tua klien dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, orang tua diharapkan ikut berperan serta dalam mengawasi dan mendorong kegiatan klien ketika berada di rumah atau diluar rumah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Masalah yang dihadapi siswa dalam kasus ini adalah masalah agama dan moral, siswa waktu kecilnya terlalu dimanja oleh kedua orang tuanya, karena merasa anak tunggal, klien masih belum mau menerima kenyataan tersebut dan ingin mendambakan keluarga yang utuh dimana seluruh perhatian tertuju, tumpah padanya.
2.
Ketika di kelas klien termasuk siswa yang banyak berbicara, ia termasuk super aktif.
3.
Proses layanan bimbingan ini melibatkan berbagai pihak yang saling terkait yaitu guru, wali kelas, guru konseling, orang tua dan teman-teman klien. Data yang benar dan akurat merupakan sumbangan yang bermanfaat bagi pemberian layanan bimbingan siswa.
4.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa klien mengalami masalah agama dan moral yang berpengaruh kepada bidang lainnya yaitu keluarga,. Bantuan yang direncanakan dalam membantu masalah klien yaitu layanan konseling individual. Hasil konseling individual yaitu adanya kesepakatan antara konselor dengan klien untuk melakukan komunikasi terkait dengan bentuk bantuan dalam pemberian layanan bimbingan siswa. Hasil konseling akan ditindak lanjuti yaitu dengan mengamati keadaan dan perkembangan klien selanjutnya.
5.
Studi kasus merupakan usaha komprehensif untuk meneliti masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Wujud komprehensivitas ini ditunjukkan dengan usaha yang dilakukan secara kontinyu, mulai dari pra terapi hingga pasca terapi, tak hanya menyangkut dirinya namun juga lingkungan sekitarnya.
6.
Upaya pasca terapi yang harus dilakukan adalah tetap menjaga kondisi yang baik agar dapat mengembangkan pribadi yang lebih dewasa dan lebih mendalami bidang kehidupan agama Islam. Upaya-upaya ini harus senantiasa dikontrol agar mampu memberikan dampat peningkatan prestasi belajar khususnya bagi Ant dan umumnya bagi semua siswa.
       Selain itu sampai tahap ini adalah kegiatan untuk meninjau sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai klien setelah mendapatkan pembinaan bantuan pada klien, maka hasilnya :

a.
Klien sudah mampu bekerjasama dengan temannya dan hubungan dengan guru sudah dekat.

b.
Klien sudah mulai aktif di kelas, seperti halnya sudah mulai aktif bertanya tentang materi yang diajarkan oleh guru.

c.
Klien sudah mulai percaya diri dan rajin masuk sekolah karena ibu kandungnya memperhatikan dari segi biaya sekolah.

d.
Ketidakhadirannya di sekolah sudah mulai berkurang.

e.
Kata tidak senonoh dan kasar sudah mulai ditinggalkan

f.
Ancaman kepada teman sekelasnya yang dianggap lemah sudah tidak lagi dilakukan

g.
Tugas pekerjaan rumah mulai dikerjakan dan catatan mulai dilengkapi.
Mulai berkata dan berperilaku sopan kepada teman dan guru.
B. SARAN- SARAN
1.
Saran kepada Klien


a.
Jangan merasa tinggi hati akan kekayaan yang dimiliki orang tuanya.


b.
Memberikan kepercayaan dan sikap optimis untuk kehidupannya dimasa depan.


c.
Menyadari dan memperbaiki sikap agresif, pemberontak dan sulit diajak kerja sama.


d.
Menghindari kegaduhan di kelas ketika pelajaran berlangsung dan sikap kurang menghargai dan kurang menghormati gurunya.


e.
 Melatih, memperbaiki sikap emosional dan tidak sabar, serta tidak sungguh-sunguh dalam belajar.

2.
Saran Kepada Orang Tua


a.
Sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang lebih kepada klien, terutama perkembangan agama dan moralnya serta hubungan sosialnya yang menyangkut perasaan dan harapan-harapannya.


b.
Hendaknya orang tua memberikan perhatian dengan porsi yang tepat tidak hanya kebutuhan fisik saja akan tetapi kebutuhan psikis. Misalnya menanamkan sopan santun di dalam keluarga dan masyarakat.


c.
Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan rohani anak dan jangan terlalu memanjakan anak.

3.
Saran kepada Guru


a.
Sebaiknya guru memberikan perhatian yang lebih pada klien atas masalah agama dan moral serta hubungan yang harmonis dengan teman dan guru-gurunya.


b.
Guru harus lebih peka terhadap masalah agama dan moral serta masalah keluarga anak didiknya dan memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.


c.
Guru harus lebih sering bekerjasama dengan orang tua klien untuk mengetahui perkembangan masalah agama dan moral serta kehidupan keluarga klien tersebut.




















PENDAHULUAN1.1Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini bisa dilihat ketika manusia itu sedang berinteraksi,manusia selalu membutuhkan orang lain. Sikap dan perilaku yang baik dariseseorang dapat menunjang keharmonisan manusia dalam berinteraksi dengansesamanya. Dalam interaksi dengan sesamanya, seseorang itu tidak akan lepasdari masalah dan lingkungan sekitar. Lingkungan merupakan tempat berinteraksi,menimba ilmu, dan tempat untuk mendapatkan pengetahuan. Lingkungan belajar dapat bersifat formal dan informal. Lingkungan belajar formal di sini adalahlembaga pendidikan resmi misalnya sekolah, sedangkan lingkungan belajar informal adalah keluarga dan lingkungan sekitar (masyarakat).Sekolah merupakan pusat pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam mengantarkan masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik dansesuai dengan apa yang dicita-citakan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Di sekolah, siswa selain diberi ilmu pengetahuan juga diberikan bimbingan untuk mengetahui perkembangan pribadi, potensi, dan kemampuan yang dimiliki siswa seoptimal mungkin. Oleh karena itu, pendidikan sekolah diharapkan bisa meningkatkan kecerdasan dan kualitasmanusia Indonesia sebagaimana tercantum pada tujuan pendidikan nasional. Namun tidaklah mudah untuk meningkatkan kecerdasan dan kualitasmanusia karena seringkali da;am proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)ditemui hambatan, antara lain : adanya hal-hal negative dalam lingkungan pergaulan, tidak adanya motivasi dalam belajar dan lain-lain. Untuk mengatasimasalah tersebut dibutuhkan kerjasama semua pihak, antara lain : guru, orang tuadan konselor.Menurut Prof. Drs. Piet A. sahertina dan Frans Mataharu Dipl. Ed. Ad,dalam bukunya yang berjudul prinsip dan teknik supervisi pendidikan, studi kasusmempunyai pengertian sebagai berikut suatu cdara untyuk mempelajari seorang1
 
anak yang mempunyai kelaianan secara mendalam.Seorang guru disamping memiliki pengetahuan mengenai pendidikan,dia harus pula memiliki ilmu psikologi agar dapat mengetahui secara umumkondisi jiwa siswa. Guru diharapkan mampu melihat, memahami, dan mengatasimasalah yang dihadapi oleh siswa. Guru harus memahami dan mengetahui secaraobjektif mengenai keadaan siswa, tingkah laku siswa, latar belakang siswa dankesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Terhadap permasalahan siswa, guruhendaknya mampu memberikan bantuan untuk penyelesaian masalah menuju pemecahan secara optimal.Studi kasus merupakan suatu metode pengumpulan data yangmenggunakan berbagai teknik pendekatan dan data yang terkumpul meliputiaspek pribadi secara lengkap beserta lingkungannya. Studi kasus dapat diartikansuatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari individu secara intensif dengantujuan membantu siswa untuk mencapai penyesuaian diri yang baik. Sesuaidengan tujuan studi kasus itu sendiri, yaitu untuk memahami siswa sebagaiindividu dalam menyesuaikan diri yang lebih baik, sehingga kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Alasan diadakan studi kasus adalah untuk mengidentifikasi suatu masalah yang dihadapi siswa dan memberikan bantuan pemecahan masalah supaya masalah tersebut tidak mempengaruhi kondisi siswadalam belajar. Di sini praktikan melakukan penyusunan laporan studi kasusdengan tujuan untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi siswasehingga praktikan dapat menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukanuntuk membantu siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi.Studi kasus diawali dengan proses pembagian Daftar Cek Masalah(DCM) kepada siswa, kemudian dari Daftar Cek Masalah yang dikembalikan,dianalisis dan dipilih kira-kira mana yang akan dijadikan objek penelitian. Setelahitu dilakuakn wawancara terhadap objek penelitian dengan mencocokan dengan pa yang diisi didalam daftar cek masalah. Dan kemudian konselor diharapkandapat memberikan pemecahan masalah yang selanjutnya dapat dilaksanakansiswa untuk menyelesaikan masalahnya
1.2Pengertian Layanan Bimbingan Siswa
2
 
Menurut buku pedoman PPL Universitas Negeri Malang (2007:35)
layananbimbingan siswa merupakan upaya mengenal, memahami, dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi,mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahanmasalah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbinganmerupakan usaha atau bantuan yang ditujukan pada siswa yang mengalamimasalah dengan langkah yang terdiri dari identifikasi, diagnosis, prognosis, pertimbangan pemecahan masalah, dan follow up.
1.3Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan studi kasus ini adalah untuk memberikanlayanan dan bimbingan kepada siswa yang mempunyai masalah dan dapatdisampaikan melalui media tertulis. Tujuannya antara lain sebagai berikut :
Menemukan cara mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa.
Mengidentifikasi jenis dan sifat kesulitan yang dihadapi siswa.
Mengenal keadaan pribadi siswa secara individual.
Membantu siswa dalam usahanya untuk mencapai prestasi yangdiharapkannya.
Membantu siswa agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalamdirinya sesuai dengan minat, kemampuan serta kesempatan yang ada.
Bagi calon pendidik, untuk lebih memahami karakter dan kesulitansiswa.
1.4Pentingnya Layanan Bimbingan
Kegiatan layanan bimbingan siswa atau studi kasus dalam pelaksanaanPraktik Pengalaman Lapangan (PPL) mempunyai arti penting dalam rangkaian proses belajar mengajar di sekolah.Secara umum layanan bimbingan siswa dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, antara lain:3
 
1.Bagi siswaSetiap orang mempunyai permasalahan dalam hidupnya tidak terkecuali siswa. Seorang siswa juga mempunyai suatu permasalahan danterkadang cara pemecahannya dilakukan dengan sekehendak hatinya tidak memikirkan apakah yang dilakukan tersebut benar atau salah. Untuk itudengan adanya layanan bimbingan diharapkan dapat menjadi wadah untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Memberikan jalan keluar (solusi) yang terbaik bagi siswa dalam bertindak denganmemahami dan mengetahui faktor-faktor penyebab dan penetapankemungkinan pemecahannya, baik cara pencegahan maupun cara penyembuhannya. Sehingga siswa dapat mengatasi masalahnya danmembantu meningkatkan prestasinya.2.Bagi praktikanKegiatan layanan bimbingan siswa merupakan pengalaman praktisyang berharga dalam usaha memberikan masukan atau bekal dalam membantumemecahkan masalah yang dihadapi siswa sehingga diharapkan dapatmenambah wawasan dan menunjang profesionalisme sebagai guru yang akandatang.3.Bagi guru, BK, dan wali kelasDapat digunakan untuk merencanakan proses belajar mengajar siswadan membantu guru dalam menyampaikan materi sesuai kondisi dankemampuan siswa serta membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar maupun kesulitan menyesuaikan diri dengan sekitar sehingga pada gilirannyadapat ditentukan sikap dan perlakuan yang tepat terhadap siswa yang bersangkutan.4.Kepala sekolahMendapatkan informasi tentang siswa sehingga dapat digunakan untuk mengambil dan menentukan kebijakan dalam menghadapi masalah siswa.Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memonitoring keadaan siswa dankemampuan guru dalam hal layanan bimbingan siswa.4
 
5.Bagi orang tua siswaSebagai informasi tentang situasi dan kondisi belajar anaknya sehinggadiharapkan terjalin komunikasi yang lebih baik antara orang tua dan anak.
1.5Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun studi kasus ini, menggunakan beberapa teknik yangdapat diterapkan untuk memperoleh data yang maksimal. Dengan data tersebutakan diperoleh informasi tentang siswa secara lengkap. Metode pengumpulan datayang diperlukan untuk memperoleh data yang lengkap dan valid, sehinnga bisadipertanggungjawabkan dalam studi kasus ini adalah observasi, angket (problemchecklist), wawancara, dan studi dokumenter.1.ObservasiPengumpulan data melalui observasi, dilakukan dengan caramengadakan pengamatan langsung baik di dalam kelas maupun di luar kelasterhadap berbagai perilaku dan kegiatan yang dilakukan siswayang bertujuanuntuk mengetahui tingkah laku, sikap dan cara-cara siswa dalam berinteraksidengan teman serta sekitarnya.2.AngketAngket merupakan lembar isian yang berisi pertanyaan-pertanyaansingkat. Adapun angket yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penyusunan laporan ini yaitu Problem Cheklist yang merupakan alat pengumpulan data dengan menggunakan daftar masalah siswa yangmengharuskan siswa untuk memilih masalah-masalah yang cocok dengandirinya. Pengumpulan data dengan problem checklist ini dilakukan dengancara siswa disuruh mengisi atau memberi tanda chek pada daftar masalah yangtelah disiapkan dalam format.3.WawancaraMerupakan salah satu teknik pengambilan data dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada siswa, teman-teman siswa, guru siswamaupun orang tua siswa jika diperlukan. Praktikan di sini mencoba untuk membuat siswa terbuka dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami,sehingga siswa dapat mengutarakan permasalahannya sedikit demi sedikit dan5
 
 praktikan akan menjadi mudah untuk menentukan langkah yang akandilakukan.4.Studi Dokumenter Studi dokumenter dilakukan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber tertulis. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen ataucatatan-catatan yang berhubungan dengan siswa. Dokumen yang dijadikanobjek penemuan data, misalnya rapot, daftar absensi, daftar nilai, buku catatan pelanggaran tata tertib, daftar nilai ulangan harian dan buku catatan pelajaran.Melalui studi dokumenter ini akan diketahui latar belakang siswa, kondisisiswa, minat, dan semangat belajar serta hal-hal yang pernah dialami siswa.
1.6Konfidensialitas
Kerahasiaan (Konfidensialitas) diperlukan untuk merahasiakan datayang bersifat pribadi. Data yang dikumpulkan dalam layanan bimbingan siswa adadua, yaitu : data yang bersifat umum dan data yang bersifat khusus (rahasia). Halini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Partowisastro (1984) bahwa catatanmengenai diri klien meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat,rekaman, dan data lain yang merupakan informasi rahasia.Penulisan data klien yang bersifat rahasia harus dilakukan dengan cara fiktif,terutama identitas klien. Dengan demikian nama baik klien tetap terjaga dan oranglain yang membaca laporan ini tidak tahu sama sekali atau mengetahui seminimalmungkin kasus ini.
1.7Alasan Pemilihan Kasus
Pada dasarnya setiap siswa mempunyai masalah dalam kegiatan belajar, hanya saja tingkat kesulitan yang dialami berbeda. Adapun alasan pemilihan siswa sebagai klien dalam usaha memberikan layanan bimbingan siswaini didasarkan pada wawancara secara formal yang dilakukan oleh praktikanselaku konselor terhadap siswa yang menunjukkan beberapa gejala sebagai berikut:1.Siswa menunjukkan sikap pasif dalam menerima6
 
 pelajaran yang disampaikan oleh guru (cenderungterkesan acuh).2.Siswa sering terlihat diam termenung.3.Siswa dijauhi oleh teman laki-laki dikelas4.Cenderung bergaul dengan teman perempuan5.Merasa kurang perhatian dari orang tua karena seringditinggal pergi.6.Nilai yang diperoleh kurang maximal.Dari gejala-gejala yang telah dipaparkan diatas, maka masalah inidiangkat dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dengan melihat fakta yangada tersebut praktikan beranggapan bahwa keadaan di atas harus segera diatasi,karena jika tidak dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa dan prestasi belajarnya.Oleh karena itu praktikan memilih siswa tersebut untuk dijadikan klien dalam pembahasan layanan bimbingan siswa ini.7
 
BAB IILAYANAN BIMBINGAN SISWA
Pemberian layanan bimbingan siswa merupakan salah satu tanggung jawab seorang guru untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi olehsiswa, dan akan memperoleh hasil yang maksimal dan sesuai dengan yangdiharapkan jika prosedur dan teknik penyelidikannya dilakukan dengan tepat.Dalam layanan bimbingan tahapan-tahapan yang diperlukan dalam membantusiswa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, terdiri dari (1)identifikasi kasus, (2) sintesis (3)diagnosis, (4) prognosis, (5) pemberian bantuan(
treatment 
), (6)
 follow up
. Adapun tahap-tahap tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
2.1Identifikasi Kasus
Tahap pertama dalam memberikan layanan bimbingan siswa adalahmengidentifikasi kasus yang dialami siswa. Identifikasi kasus merupakan langkahmengumpulkan data tentang diri siswa yang akan dijadikan klien dalam layanan bimbingan siswa atau studi kasus ini baik data diri yang meliputi, fisik dan psikis,dan data linkungan yang meliputi data tentang latar belakang keluarga, kehidupansekolah, norma dan nilai, kebiasaan yang ada di masyarakat.Tahap identifikasi kasus ini bertujuan untuk memperoleh pemahamantentang diri siswa agar memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa sekarangmaupun masa yang akan datang. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalammenemukan masalah yang dihadapi siswa adalah sebagai berikut:
Mengamati klien secara langsung dalam proses pembelajaran.
Konsultasi dengan guru BK maupun guru-guru bidang studi lain yangmengajar klien tersebut.
Mencari informasi dari teman-teman klien.
Menggali data tentang klien dari sekolah (wali kelas maupun guruBK).Dari langkah-langkah yang telah dilakukan, maka praktikan8
 
memutuskan siswa untuk menjadikan klien sebagai contoh studi kasus dalam pembuatan laporan. Di mana dalam layanan bimbingan ini identitas dan masalahsiswa yang mengalami permasalahan tersebut tidak merasa terbebani, ragu, dantakut untuk mengungkapkan permasalahannya secara jujur, lengkap danterperinci.
Data Yang DiperlukanUntuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dengan tujuanmencari dan menelaah masalah yang dihadapi siswa, maka praktikanmemerlukan berbagi data yang bersangkutan. Data tersebut adalah sebagai berikut:a.Identitas siswa b.Data problem checklistc.Data observasid.Data wawancarae.Data studi documenter 
Hasil Pengumpulan DataKlien adalah seorang siswa kelas X SMK Negeri 1 Turen. Praktikanmenjadikannya seorang klien berdasarkan pada pengamatan setiap hari di kelas,saat praktikan mengajar kelas tersebut. Praktikan juga menemukan berdasarkaninformasi dari guru, konselor dan wawancara dengan siswa yang bersangkutan.Dari informasi dan pengamatan tersebut praktikan menemukan gejala masalahdari klien yang perlu segera mendapat bantuan dalam memecahkan masalahnya.Setelah dilakukan pendekatan, praktikan mengajukan kepada klien untuk dijadikan kasus dalam studi kasus ini.
Identitas Kasusa. Identitas Klien Nama klien: Farel (fiktif)Jenis kelamin: Laki-lakiTtl: Surabaya / 1 Januari 1992Agama: IslamAlamat: Jl. Kalpataru 25 MalangAnak ke/dari: 1 dari 2 bersaudara9
 
Hobi: MelukisCita-cita: Arsitek  b. Keadaan Keluarga1. Ayah Nama: Gunawan (fiktif)Agama: IslamAlamat: Jl. Kalpataru 25 MalangPendidikan terakhir: S1 ManajemenPekerjaan : Dosen2. Ibu Nama: Endang Sulastri (fiktif)Agama: IslamAlamat: Jl. Kalpataru 25 MalangPendidikan terakhir: SMAPekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Daftar Cek MasalahSelain wawncara dengan klien praktikan memperoleh data dari Daftar Cek Masalah (DCM) yang telah diisi oleh klien. Dari hasil DCM tersebut didapat hasilsebagai berikut:a. Masalah kesehatan
Cukup latihan rohani b. Masalah rumah dan keluarga
Dirumah merasa tidak kerasan
Orang tua saya sering pergi
Saya anak sulungc. Masalah agama dan moral
Sering berdusta
Sering mengingkari janji10
 
Sering timbul sifat iri hati
Mudah merasa iba terhadap penderitaan orang lain
Mempunyai rasa hormat terhadap wanita atau orang tuad. Masalah hubungan sosial
Merasa tidak disenangi teman
Merasa rendah hati
Bersifat pemalu
Bersifat tertutup (kurang dapat menegemukakan isi hati)
Tidak dapat mengemukakan pendapat
Tidak pernah diajak teman bermain bersama (teman laki-laki)e. Masalah penyesuaian terhadap sekolah
Sering timbul dorongan untuk melihat pekerjaan orang lain
Sering merasa cemas bila ada ulangan
Kuranhg senag siakp keras pada aturan sekolah
Ada beberapa mata pelajaran yang tidak saya senangif. Masalah kebiasaan belajar 
Belajar kalau ada ulangan
Belajar tidak teratur waktunya
Sukar memusatkan perhatian pada waktu belajar 
Sulit mengingat pelajran yang telah dihafalkan
Sulit untuk memulai belajar 
Belajar dengan cara membayangkan
Tidak dapat belajar dengan cara yangbaik 
Sering menyalin pekerjaan temang. Masalah masa depan yang berhubungan dengan jabatan
Saya sulit menentukan jurusan yang sesuai dengan diri saya11
 
Saya ingin mengetahui bakat dan kemampuan saya
Bingung dalam menentukan sikap setelah bekerja nanti
Merasa canggung bila bekerja.h. Masalah penggunaan waktu
Saya tidak dapat memanfaatkan waktu luang
Saya tidak dapat membagi waktu
Tiap sore waktu dipakai untuk bermaini. Masalah yang berhubungan denagn kurikulum sekolah
Ada susunan pelajaran pada hari tertentu yang membosankan
Sulit memahami buku paket
Sering mendapatkan angaka rendah j. Masalah asmara
Bercinta adalah bagian dari kehidupan saya
Bercinta dalam masa sekolah dapat merupakan dorongan
Saya milai tertarik pada seorang teman
Mudah merasa terpengaruh dengan membaca / melihat adegan cinta
Sering membayangkan adegan cinta
Gemar membaca / melihat film yang bertemakan cinta.
2.2Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, menggolongkan, mengelompokkan danmenghubungkan data yang telah terkumpul tentang diri klien pada tahap analaisissecara ringkas, padat dan berkesinambungan, sehingga akan menunjukkangambaran yang jelas mengenai diri klien yang sebenarnya.Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klien adalahanak pertama dari dua bersaudara, klien sulit untuk mengatur kegiatan belajar dirumah karena merasa sulit dalam memahami buku pelajaran dan hanya belajar  jika ada ulangan saja. Serta klien merasa kurang mendapat perhatian dari orang12
 
tua nya, sehingga tidak ada yang mengontrol dalam kegiatan belajar ataupun bagaimana perkembangan klien didalam sekolah terutama pada menerima danmenyerap pelajaran.
3.3Diagnosis
Diagnosis adalah usaha untuk menginterpretasikan klien berdasarkan datadari tahp analisis untuk menentukan masalah yang dihadapi klien sertamenemukan penyebabnya. Dalam tahp diagnosis ini dibagi menjadi dua kegiatanyaitu:1.Identifikasi KasusDalam tahap ini jenis-jenis masalah yang ada diklasifikasikan sebagai berikut:a.Kesulitan dalam belajar Klien memiliki kesulitan didalam mengatur waktu belajar yang tepat,dan hanya belajar jika akan ada ulangan saja. b.Masalah sifat dan kebiasanBerdasarkan angket dan wawancara dengan klien, klien tergolong anak  pendiam dan cenderung menyendiri serta lebih cenderung bergauldengan teman perempuan dikelasnya, hal ini disebabkan ada masalahdengan teman laki-laki dikelasnya sehingga klien dijauhi denganteman laki-laki dikelasnya.2.EtiologiDalam kegiatan ini praktikan berusaha menemukan faktor-faktor penyebabtimbulnya masalah yang dilami klien. Berdasarkan data yang sudah ada praktikan dapatkan, faktor penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut:a.faktor yang berasal dari klien
klien tidak bisa membagi waktu untuk belajar 
klien merasa dijauhi teman-temannya (laki-laki)
klien hanya belajar jika ada ulangan b.faktor yang berasal dari luar diri klien13
 
klien merasa tidak percaya diri dan cenderung diam
klien kurang mendapat perhatian dari orang tuanya dirumah
2.4 Prognosis
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memprediksi beberapa kemungkinanyang kan timbul pada diri klien sehubungan dengan masalah yang sedangdihadapi. Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan teknik bantuan yang dapatdiberikan kepada klien setelah mengetahui permasalahnnya. Pada tahap ini praktikan dan klen mencari kemungkinan yang kan terjadi bila keadaan ini tetap berlanjut.Apabila masalah yang dihadapi klien tidak segera diatasi makakemungkinan yang akan terjadi adalah sebagai berikut:1.klien akan semakin malas belajar 2.klien tidak akan berusaha mengejar cita-citanya3.klien akan semakin jauh dari teman-temannya4.prestasi belaja klien akan semakin menurun5.Klien tidak akan memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan-kegiatan positif dan belajar mandiri (berwirausaha untuk mencari dan mendapatkan tambahan penghasilan).Apabila masalah yang dihadapi klien segerta dapat diatasi, makakemungkinan yang akan terjadi adalah sebagai berikut:1.Minat belajar klien akan meningkat secara bertahap2.Prestasi belajar klien secara bertahap akan meningkat3.Klien akan merasa berusaha mengejar cita-citanya dan merasa optimisakan masa depannya4.Klien secara bertahap akan mulai bersosialisasi dengan temannnyaKonselor atau praktikan dalam hal ini hanya berusaha memberikan bantuankepada klien sesuai dengan kemampuan dan kewenangan praktikan saja. Adapaun14
 
usaha-usaha bantuan yang dilakukan adalah:Usaha yang direncanakana.PembelajaranUsaha bantuan dilakukan dengan cara mengubah cara belajar kliendikelas. Klien diminta untuk lebih berpartisi[pasi aktif dalam proses belajar mengajar dikelas. Denagn berbagai metode dan model pembelajaran, diharapkan siswa nantinya bisa merasa cocok dan bisamenyesuaikan denagn metode pembelajaran yang diberikan. Denagn begitu siswa (klien) tersebut bisa menggunakan metode yang sesuaidenagn keinginann disaat belajar, baik itu dirumah maupun dikelas.Pada tahap ini praktikan juga terus mem[perhatikan proses belajar siswa. Jika nantinya ditemukan bahwa klien muali surut dalam proses belajarnya, akan cepat diketahui dan diatasi. Disamping itu praktikan jugameminta bantuan kepada guru, wali kelas dan pengajarnya untuk lebihmemperhatikan dan mengawasi proses belajar klien diharapkan nantinyaguru-gurunya bisa menibgkatkan minat dan motivasi belajarnya. b.Memberikan MotivasiMotivasi adalah dorongan dari dalam diri klien sendiri untuk melakasanakan kegiatan. Pemberian bantuan denaghn cara memberikandukungan kepada klien bahwa masa depan klien ada didepan mata danmerupakan tantangan kedepannya. Praktikan memberikan semangatkepada klien dengan memberinya suatu pujian. Praktikan juga berusahamendorong klien untuk opimis memandang masa depannya danmenekankan kepada klien bahwa jika klien mau berusaha dengansungguh-sungguh sebenarnya dia mampu mendapatkan pa yang diinginkandengan diimbangi selain usaha dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.c.Bimbingan Kelompok 15
 
Bimbingan kelompok adalah suatu pemebrian bantuan kepadaindividu dalam situasi kelompok (Romlah, 1989:3). Praktikan memberikan bantuan kepada klien denagn cara mengikutkan klien dalam kegiatan bimbingan kelom[pok dengan memberikan materi tentang cara belajar yang efektif dan cara bergaul yang baik.Praktikan memilih bimbingan kelompok dalam hal bagaimannacara bergaul yang baik dan menguntungkan bagi masa depan klien,dengan tujuan untuk membantu klien agar dapat membedakan mana yang baik dan man yang buruk. Dengan bimbingan kelompok diharapkan dapatmelatih klien berinteraksi denagn rekan-rekannya dalam kelompoknya.Hal tersebut akan melatih jiwa sosial dan penyesuaian nya denganlingkungannnya.
2.5 Pemberian Bantuan (
Treatment 
)
Pemberian bantuan merupakan suatu usaha untuk memberikan bantuankepada klien agar dapat memecahkan masalahnya. Melalui tahap ini, konselor dapat juga membantu dalam menemukan beberapa alternatif pemecahan masalahdengan tetap mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternativeyang mungkin dapat dilakukan oleh klien.
Usaha Bantuan yang TerlaksanaDari usaha bantuan yang praktikan rencanakan, hanya beberapa usahayang terlaksana. Adapun usaha-usaha yang terlaksana adalah sebagai berikut;a.Memberikan MotivasiMotivasi ini bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara perilaku baru yang telah terbentuk. Pemberian motivasi dilakukanagarklien merasa diperhatikan dan mendapat dukungan moril.Diharapakn denagn adanya motivasi ini klien memperoleh semanagat baru untuk belajar. Praktikan memberikan reinforcement sosial denagncara memberikan pujian, perhatian, kermahan, dan dukunagn pada saatkonseling berlangsung.16
 
Praktikan juga memberikan dorongan kepada klien sehinggaklien bisa lebih optimis dalam memandang masa depannya. b.Bimbingan kelompok Bimbingan kelompok ini bertujuan untuk membantu klien dalam bersosialisasi dan berinteraksi denagn temannya. Denagn berkelompok duiharapkaj klien akan berinteraksi denagn rekannyadikelas dan tidak duduk sendiri lagi denagn tema wanita saja tetapilebih berbaur d3enagn teman laki-laki serta tidakm cuaek dammelamun. Praktikan memberikan tiugas kepadas klien yang harusdikerjaklan secara berkelompok dengan rekannya dikelas. Haltersebut akan membantu klien berinteraksi denag rekannya didalamkelompoknya.
Usaha Bantuan yang tidak terlaksanaDari usaha bantuan yang praktikan rencanaklan, ada usaha yangtidak terlkasana. Adapun usaha yang tidak terlaksana adalah pembelajran.Pembelajran ini bertujuan agar klien lebih berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar dikelas. Diharapkan klien bisa menyesuaikan diridengann berbagai metode dan model pembelajaran yang praktikan berikan. Praktikan juga seharusnya terus memperhatikan proses belajar klien jika terjadi penurunan agar cepat diketahui dan segera diatasi.2.6
 Follow Up
Follow up (tindak lanjut) adalah usaha yang dilakukan oleh penulisuntuk mengikuti perkembangan klien setelah diberikan bantuan. Tujuankegiatan ini adalah untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telahdiberikan kepada klien, cara yang dilakukan untuk tindak lanjut ini adalahsebagai berikut:Hasil dari bantuan yang sudah diberikan adalah klien lebih terbukakepada temannya dan mulai berinteraki denagn rekannya di kelas. Klien jugasudah mulai menegrti manfaat dari belajar dan mulai perhatian terhadap17

DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi,(Bandung:Refika Aditama,2010).
Patty,Kasmiran,PengAntar Psikologi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2008).
Prayitno, Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta:Rineka Cipta,2004).
Sunarto, Hartono Agung, Perkembangan Peserta Dididk, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Surya Mohammad, Psikologi Konseling,(Bandung: Maestro, 2009).
Yusuf Syamsu,Landasan Bimbingan & Konseling,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2010)
Muh. Farozin, Kartika, Pemahaman Tingkah laku, (Jakarta:, 2004, Rineka Cipta,2004).
Web, situs